Menu Navigasi

Minggu, 19 Juni 2011

Aku Telah Kaubuang

Mencoba menelaah lebih jauh arti air mata, tak ada jawaban atas pertanyaan.
Mengerenyit karena heran,
memudar karena rasa sakit,
tersenyum mungkin pasrah.
Menengadah seraya menunduk adalah ketidakmungkinan yang menjadi misteri.
Apa wajahku terlalu rumit untuk sulit diingat?

Hanya ingin memulai untuk untuk tersenyum bersama,
tertawa dan bahagia hingga uban memenuhi bulu.

Apa itu salah?
Memekarkan hati dengan kebahagiaan yang memang didamba?
Kini terlunta,
menyeret ke dalam perih,
tertusuk anak panah yang salah, dan terlalu dalam.

Apakah salah?
Saat bisa menciumi bahagia yang sekejap hadir karena senyuman,
belaian
serta
genggaman hangatnya tangan.

Lalu kini?
Sekilat itu semua meninggalkanku dalam jiwa yang telah dirajam iblis cinta.
Rohku melayang,
ditawan amukan sakit yang merajai hati.
Serambi suci telah dikosong paksa
oleh
cahaya merah yang berbayang dalam naungan.

Jikapun itu emas atau cinta,
aku tetap tertindih sakit yang abadi.
Mengapa harus ada awalyang manis sementara
kini aku disuguhkan akhir yang hanya terus menunyah pilu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar